Fado merupakan seni tradisional rakyat
Portugis. Akar dari kata Fado merujuk ke bahasa Latin: fatum, dapat
kita padankan dengan kata fate dalam Bahasa Inggris yang artinya ialah
nasib. Karakteristik musik ini ialah irama dan syairnya yang
sentimental-melankolis. Menceritakan mengenai lautan, kehidupan masyarakat
miskin, ataupun persahabatan. Sebagian ahli berpendapat bahwa musik ini
memiliki akar pada peradaban Bangsa Moor di Semenanjung Iberia pada masa silam.
Keadaan yang jauh dari kampung halaman bagi pelaut
Portugis dan nasib sebagai budak yang ditahan oleh bangsa asing di negeri asing
oleh para budak, telah membuka dan berkembangnya masuknya musik fado
yang sentimental-melankolis. Pada perkembangannya musik ini tidak hanya
dimainkan oleh Bangsa Portugis akan tetapi juga oleh para budak mereka dari
Benggali, Malabar, Goa dan Maluku.
Pada tahun 1648 Belanda merebut Malaka dari
Portugis. Banyak tawanan perang yang ditawan beserta para budak mereka dibawa
ke Batavia yang pada masa itu merupakan pusat kekuasaan Belanda di Asia
Tenggara. Para tawanan ini kemudian ditempatkan oleh Belanda pada suatu kawasan
yang bernama Tanah Serani yang kelak bernama Kampung Tugu. Daerah ini berada di
tepi laut, udaranya panas, dan sangat jarang ditemukan air asin. Kalaupun ada
sumur, kebanyakan airnya asin pula.
Pada tahun 1661 para budak di Tanah Serani
dibebaskan oleh Belanda dengan syarat mereka harus berpindah keyakinan dari
Katholik yang merupakan agama resmi Bangsa Portugis ke Protestan yang menjadi
agama resmi Bangsa Belanda. Di kampung baru mereka, para mantan tawanan perang
dan budak Portugis ini menggeluti usaha di bidang pertanian, berburu, dan
mencari ikan. Dalam waktu senggang, mereka sering teringat lagi akan nasib dan
kampung halaman nun jauh di mata. Lantunan musik fado nan melankolis
yang pernah mereka nyanyikan sewaktu di Malaka belumlah hilang dari ingatan.
Mereka masih memiliki kepandaian bermusik, karena musik merupakan curahan jiwa,
bentuk ekspresi diri akan kehidupan yang mereka jalani. Banyak penyair-nyair
zaman lampau maupun zaman sekarang menciptakan musik dengan mengambil
insipirasi dari realitas kehidupan yang mereka jalani.
Maka mulailah kembali mereka melantunkan musik fado
yang telah menjadi identitas mereka kaum peranakan. Dengan menggunakan alat sederhana
seperti rajao, biola, gitar, rebana, cello, dua jenis ukulele yakni cak dan
cuk, dan seruling. Musik ini rupanya disenangi oleh banyak orang dan
akhirnya berkembang.
Terdapat suatu keanehan yang kami temui dalam
mempelajari sejarah musik Keroncong, yakni ditemukannya dua jenis seni musik
yang sama-sama berasal dari Portugis yang pertama iala fado, seperti
yang kita jelaskan di atas dimana musik fado merupakan suatu seni
musik yang berasal dari Bangsa Portugis yang memiliki karakteristik
sentimental-melangkolis. Dimana syair-syair dari lagu ini menceritakan mengenai
lautan, kehidupan masyarakat miskin, dan persahabatan. Atau pendek kata
menceritakan mengenai parasaian hidup.
Sedangkan moresco merupakan suatu seni
musik yang diiringi tarian, berasal dari Kejayaan Peradaban Islam di Andalusia.
Seni ini juga terdapat di Portugis, karena beberapa Bangsa Moro berkulit hitam
yang berasal dari Pantai Utara Afrika masih menetap di negara tersebut. Selain moresco
juga dikenal morisca yakni salah satu jenis gitar yang biasa digunakan
oleh Bangsa Moor. Yang mana gitar ini berbentuk oval dan memiliki banyak
lubang. Hal ini dikarenakan gitar yang mereka pakai merupakan perkembangan dari
alat musik sittar yang biasa dipakai oleh Bangsa Arab.
0 komentar:
Posting Komentar