Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

Jumat, 08 Maret 2013

sejarah alone at last

sejarah alone at last

Alone At Last (Foto: Halaman Facebook)
Alone At Last. Kelompok musik ini melesat kencang di awal tahun 2000-an. Mereka mengusung musik rock berbalut underground pos-modern. Dari jenis musik Alone At Last tersebut, mereka sangat identik sebagai pembawa generasi emo atau post-hardcore. Mereka besar dalam komunitas underground di Bandung, tidak dipungkiri. Bahkan telah memperluas pengaruh musiknya di skena musik luar negeri.
Sejak awal kelahirannya di tahun 2002, kelompok musik ini memang identik dengar emo yang mulai mewabah di awal tahun tersebut. Alone At Last mempunyai posisi penting dalam skena tersebut. Begitulah penjelasan yang diberikan oleh Eric dari deathrockstar. Sampai ketika kelompok musik emo mulai mengendur, Alone At Last tetap menyimpan asa dengan seringnya bermain di pentas seni sekolah maupun acara kampus.
Sokongan dari penggemar tentu tak lepas dari asa Alone At Last tersebut. Stand Alone Crew (SAC) begitulah sebutan penggemarnya. SAC hampir tersebar di Indonesia. Pembuktian itu dilakukan dengan seringnya mereka main di beberapa wilayah di Indonesia. Hampir setiap tahunnya Alone At Last mengadakan ritual musik bersama SAC, seperti Studi Show (2008), Konser Tunggal “Walk Together, Rock Together” (2009), dan WTRT Mini Concert & Release Party single Takkan Terhenti di Sini (2010) sebagai medium khusus pemersatu seluruh komunitas SAC di seluruh Indonesia.
Selama lebih dari satu dekade ALONE AT LAST telah merilis dua album, yaitu Sendiri Vs. Dunia E.P(2004) dan Jiwa (2008) yang dirilis oleh indie label Absolute Records, dan di bulan April tahun 2012 ini mereka akan merilis album ketiga yang berjudul Integriti dibawah payung label indie Lonely End Records. Selain itu juga band ini telah merilis beberapa single seperti “No More Worries” (2002), “No Feeling” (2003), dan “Takkan Terhenti Disini” (2010).
Alone At Last terdiri dari Yas Budaya/Yas (Lead Vocal), Trian Mulya Saputra/Ubey (Bass), Muhammad Muslim Hamid/Athink (Drum), M. Rizki Nanda Hasibuan/Ucay (Gitar), dan Hikmawan Saefullah/Papap (Gitar).
Integriti, menjadi album ketiga Alone At Last. Dari rilisan pers yang diterima Gigsplay, selain album ini memadukan karakter album Sendiri Vs. Dunia dan Jiwa, nada dan lirik yang digunakan lebih dewasa, terutama dalam mengartikulasi emosi dan kritik terhadap kemapanan sosial yang ada. Sebagaimana judul albumnya, pesan utama yang ingin disampaikan dalam album ketiga ini menekankan pentingnya integritas sosial; agar setiap dari diri kita dapat terus semangat, tetap bersama, dan bersatu melawan proses alienasi yang sering muncul dalam kehidupan sehari-hari.
Beberapa single dari album Integriti, yaitu: 1. “Saat Dunia Tak Menatap Kearahmu”, dengan nuansa rockpop sedikit unsur glamrock dengan lirik yang bercerita tentang ajakan bagi kita semua untuk bangkit menjalani hidup. 2. “Classis War is a Modern Wars”, ini sangat kental dengan distorsi berat dengan jahilnya ketukan drum ganjil dan sound efex module dan penuh dengan scream. Pada lagu ini bercerita tentang perang, kemerdekaan, kehancuran, dan sejarah. 3. “Cinta”, cinta disini bukan Alone At last yang bermenye-menye mengemis cinta kepada seseorang, melainkan cinta kepada dunia. Tercampur sangat baik dengan alunan rock, pop, emo, shoegaze.
“Dengan dirilisnya Integriti, Alone At Last akan siap ‘membakar’ berbagai panggung yang ada di seluruh Indonesia maupun mancanegara” Kilah kalimat terakhir rilisan pers tersebut.

0 komentar:

Posting Komentar